Bukittinggi – Sebagaimana dilansir dari sinyalnews.com, ada mahasiswa melakukan aksi karna rasa kecewa terhadap besaran anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah Sumbar untuk acara Penas.

Mahasiswa itu dua orang dari UIN Imam Bonjol Padang dan Univerisitas Perintis Indonesia. Selain itu, terlihat poster bertuliskan “100 miliar Penas gagah gagahan, petani dan nelayan terbaikan”.

Menyikapi aksi tiga orang mahasiswa Sumatera Barat melakukan aksi bentang poster saat acara Pekan Nasional Petani Nelayan (Penas) ke-XI di Lanud Sutan Syahrir, Padang.

Kandidat doktor UIN Imam Bonjol Padang, Riyan Permana Putra menyatakan memang masih diabaikannya HAM petani dan nelayan di mana itu tampak dari masih “langgengnya” petani dalam strata kelompok marginal. Hal ini ditandai dengan masih tingginya tingkat kemiskinan petani.

“Tingkat kemiskinan petani jauh lebih tinggi daripada perkotaan bisa jadi ada yang salah dengan sistem perdagangan yang kita miliki hari ini, ada peran dari private sector terhadap sektor pertanian,” paparnya.

Tak hanya itu menurut Riyan penggunaan anggaran fantastis seharusnya tepat sasaran kepada masyarakat pemberdayaan berkelanjutan petani dan nelayan. Jadi, Sumatera Barat harusnya fokus ke strategi jangka panjang perlindungan dan pemberdayaan petani bukan belebihan saat ceremony pertanian dan nelayan. Sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 7 UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.

Apalagi jumlah penduduk miskin di Sumatra Barat pada September 2022 mencapai 343.082 orang, berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.

Ini pun diakui Gubernur Sumbar di dalam jatengprov.go.id yang mana ia menyebut angka kemiskinan di Sumbar meningkat tajam saat pandemi. Tentu diperlukan langkah cepat untuk mengatasi itu, ungkapnya pada Kamis, (27/1/2022).

Oleh karena itu menurut Riyan sebaiknya Sumatera Barat seharusnya fokus membangun pemerataan ekonomi, menanggulangi kemiskinan, serta memperkuat sektor pertanian, perikanan, dan pangan pada umumnya.

“Bantu kesejahteraan petani dan nelayan bukan dengan gelontorkan dana besar untuk sekedar ceremony. Mari kita gunakan akal sehat dan nurani kita dalam bernegara dan bernagari. Mana yang lebih prioritas dan urgent, membangun kesejahteraan perlindungan dan pemberdayaan berkelanjutan bagi petani dan nelayan dengan mengeluarkan anggaran besar untuk sekedar ceremony pertanian yang hanya sesaat?” katanya, Selasa, (13/6/2023).

Ketika ditanya mengapa harus mengutamakan pembangunan pertanian berkelanjutan, Riyan menjelaskan karna kita harus menyadari bahwa 10 hingga 20 tahun ke depan isu pemanasan global dan perubahan iklim bisa sangat mungkin terjadi krisis pangan dunia. Sumatera Barat harus memiliki komitmen yang sama untuk membangun kemandirian pangan, agar masyarakat akan terhindar dari persoalan krisis pangan tersebut.

Sebagaimana dilansir dari sinyalnews.com, mahasiswa UIN IB Nopalion, mengatakan aksi itu di lakukan sebagai bentuk respon dari kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan provinsi Sumatera Barat terhadap dana yang sangat fantastis untuk agenda penas. “Anggaran yang diperuntukkan untuk acara Penas Rp.100 miliar,” katanya.

Lanjutnya, permasalahan petani dan nelayan di Sumbar belum teratasi hingga saat ini oleh pemerintah. Seperti, minimnya penyuluhan pertanian serta daerah irigasi bermasalah dan hanya bergantung pada iklim.

“Kita minta Pemprov Sumbar agar serius memperhatikan nasib petani dan nelayan Sumatera Barat,” ucapnya.(Fendy Jambak)

Bagikan: