
Nagari Silantai Sumpur Kudus Catat Sejarah Pernah Menjadi Tempat Sidang Kabinet PDRI Tahun 1949
Sijunjung, SumbarEkspres.com – Rombongan Dewan Harian Cabang generasi penerus angkatan 45 kota Bukittinggi kunjungi nagari Silantai kecamatan Sumpur kudus kabupaten Sijunjung provinsi Sumatera barat.
SumbarEkspres.com yang ikut dalam rombongan,berangkat dari kota Bukittinggi pukul 6.00 wib pagi dengan menggunakan bus pariwisata, rombongan singgah sebentar di Saruaso Tanah datar untuk sarapan pagi.
Kemudian rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju lokasi, sesampai di nagari Kumanis kecamatan Sumpur kudus, masuk kedalam dari jalan lintas Batusangkar – Sijunjung ,akses jalan semakin menyempit dengan rute sepanjang 40 km memakan waktu sekitar 3 jam untuk sampai di nagari Silantai.
Sesampai di nagari Silantai rombongan mampir di kantor walinagari, yang di tunggu kedatangannya oleh David arnandes sekretaris nagari beserta perangkat nagari tersebut.
Dalam sambutannya David Arnandes memaparkan sekilas tentang sejarah nagari Silantai, sebuah nagari kecil yang ikut andil dalam memperjuangkan kedaulatan negara republik indonesia di masa darurat dahulu ( PDRI ), saat Jogjakarta jatuh ke tangan pemerintahan kerajaan Belanda (1948-1949).
Refnawati SH kepala rombongan dewan harian cabang generasi penerus angkatan 45 kota Bukittinggi juga berkesempatan mengungkapkan tujuan dari kunjungan tersebut.
Beliau mengatakan, dalam rangka hari kesetiakawan sosial nasional (HKSN ) dan Bela negara, ingin pada momen ini untuk melawan lupa tentang Sejarah, bagaimana peran nagari Silantai yang begitu penting pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia untuk selalu di ingat dan jadi tonggak sejarah ulasnya.
Hal senada di tambahkan oleh Bundo Linda Zoebir bahwa sejarah ini harus di ketahui oleh generasi muda untuk saat ini dan masa yang akan datang, sebab tanpa adanya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, belum tentu kita seperti sekarang ini ujarnya.
Selanjutnya rombongan menuju rumah tempat berlansungnya sidang kabinet lengkap pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang berlangsung selama tiga hari dan di pimpin Syafrudin Prawiranegara pada tanggal 14 sampai 17 Mei 1949.
Rumah tersebut saat ini sudah menjadi situs cagar budaya dengan di lengkapi berbagai ornamen peralatan yang ada kaitannya dengan sejarah PDRI,serta monumen atau tugu peringatan di halaman rumah tersebut.
Selesai itu semua, rombongan kembali pulang ke kota Bukittinggi.
( Fendy Jambak )